Senin, 25 Maret 2013

Earth Hour di Berbagai Belahan Dunia

Nama Earth Hour mungkin sudah tidak asing lagi di telinga para pembaca. Earth Hour sendiri adalah kegiatan dunia yang di organisir oleh lembaga WWF (World Wide Fund for Nature). Merupakan kegiatan yang mengajak seluruh penduduk di bumi untuk mematikan lampu sejenak selama 1 jam pada hari yang ditentukan di Bulan Maret. Kegiatan Earth Hour ini semata-mata bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim. Bermula pada 31 Maret 2007 pada pukul 19.30-20.30 dimana pertama kali bertempat di Sydney. Pada saat itu Earth Hour dilaksanakan sebagai kegiatan nasional Sydney. Akan tetapi setelah pertama kali terselenggarakannya Earth Hour tersebut, minat negara-negara lain untuk ikut bergabung dalam Earth Hour tahun berikutnya sangat tinggi. Berbagai negara mendaftarkan diri untuk ikut bergabung.

Pada 29 Maret 2008, tercatat bahwa 371 kota yang berasal dari 35 negara secara serempak ikut meramaikan kegiatan Earth Hour tahun 2008. Diperkirakan terdapat 50.000.000 penduduk bumi ikut mendukung aksi Earth Hour ini.

Pada 28 Maret 2009. Ratusan juta orang di lebih dari 4.000 kota dan kota-kota di 88 negara mematikan lampu mereka selama satu jam, menunjukan betapa besar kepedulian mereka terhadap perubahan iklim yang terjadi. Earth Hour ini meluncurkan Orb Rakyat, yaitu bola perak berkilauan yang berisi hard drive 350 gigabyte yang berisi video, gambar dan dokumen yang mewakili ratusan juta orang yang ikut menyuarakan tindakan mereka terhadap perubahan iklim yang berlangsung.

Sama halnya dengan Earth Hour tahun 2010 maupun tahun 2011, terjadi berbagai peningkatan terhadap aksi kepedulian tersebut. Negara yang tergabung dalam aksi Earth Hour itu pun semakin tahun semakin banyak. Dengan berbagai cara, mereka ikut meramaikan kegiatan Earth Hour tersebut dengan cara mereka masing-masing.

Pada Earth Hour 31 Maret 2012 yang diadakan di 8:30 pm-9: 30pm. Earth Hour memperkuat dirinya sebagai aksi sukarela terbesar bagi lingkungan, dengan lebih dari 6950 kota dan kota-kota di 152 negara dan wilayah mengambil peran besar dalam aksi lingkungan ini. Earth Hour 2012 pergi ke ekstrem untuk melindungi planet ini, dengan astronot AndrĂ© Kuipers mengamati lampu acara dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Hanya beberapa bulan setelah berakhirnya pemberontakan Libya, dua remaja di Tripoli menyelenggarakan Earth Hour untuk pertama kalinya di Libya.

Earth Hour yang baru saja diselenggarakan pada 23 Maret 2013 pukul 20.30-21.30 kemarin juga mengambil banyak suara masyarakat di penjuru dunia. Berbagai negara saling menunjukkan aksinya untuk mendukung aksi Earth Hour tersebut.
Dimulai dari:


Earth Hour di Burj Khalifa, Dubai   (Foto oleh Jumana El Heloueh )


Earth Hour di Pusat Perbisnisan Beijing   (Foto oleh Feng Li)

Earth Hour di Pusat Keramaian Singapura    (Foto oleh Natashia Lee)

Earth Hour di Charles Bridge, Prague    (Foto oleh Petr Josek)

Dari berbagai foto diatas, dapat kita lihat bahwa berbagai kalangan masyarakat di segala penjuru dunia saling menunjukkan aksi mereka mendukung kegiatan Earth Hour ini. Semakin banyak penduduk kita yang peduli dengan perubahan iklim yang saat ini terus menerus terjadi, maka seharusnya kita semakin peduli dengan lingkungan kita. (fbi)

Rabu, 20 Maret 2013

Liga Champions : Ajang Kompetisi Raksasa Eropa

        Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang paling digandrungi,mulai dari strategi permainan yang cerdik hingga klub klubnya yang bersejarah tinggi membuat olahraga ini digemari bermacam-macam orang di berbagai belahan dunia. Salah satu faktor yang membuat olahraga ini memiliki banyak penggemar adalah pertandingannya yang sarat akan intrik dan semanggat kompetisi yang tinggi. Salah satu ajang kompetisi sepakbola sendiri yang paling prestisius adalah 'Liga Champions'.
Dimulai sejak tahun 1955, kompetisi tahunan ini mempertandingkan klub-klub asal daratan Eropa yang selalu sengit dan seru untuk dilihat tak terkecuali tahun ini.
Tahun ini 'Liga Champions' tak hanya mempertandingkan klub-klub kuat dengan tradisi juara seperti Real Madrid dan Barcelona tetapi juga klub kuda hitam seperti Galatasaray asal Turki. Maka seperti layaknya bola yang bundar tahun ini kejuaraan yang mengadaptasi lagu tema "Zadok the Priest" ini akan menghasilkan hasil yang tidak bisa diprediksi siapa pun.
     
      Liga Champions sendiri juga mempunyai penggemar di lingkungan Smala sendiri. Salah satunya adalah Gabriel Advent dari kelas X 9. untuk Liga Champions tahun ini ia menjagokan Borussia Dortmund klub asal Jerman yang pernah menjuarai ajang ini pada edisi 1996. "Klub ini memiliki potensi yang tinggi dan terlihat tangguh pada tahun ini" ujar siswa yang juga tergabung dalam SS futsal tersebut. memang apa yang dikatakan Gabriel tersebut ada benarnya melihat dari keberhasilan Borussia dalam mejuarai grup d mengalahkan Real Madrid yang merupakan pengkoleksi juara terbanyak liga champions yakni sebanyak sembilan kali. selain Gabriel ada juga Fauzan dari XI IA 2 yang memilih untuk menjagokan klub asal Jerman lainnya yakni Bayern Munchen yang juga merupakan jawara dari grup f.

'The Big Ear' piala yang diperebutkan dalam Liga Champions (aw)
      Meskipun kedua klub diatas sama-sama mempunyai tradisi juara belum tentu kedua klub akan berhasil menjadi juara mengingat kompetisi ini yang tidak ramah kepada juara bertahan. Belum ada klub yang berhasil memenangi kompetisi ini dua kali berturut turut sejak kompetisi ini diubah menjadi Liga Champions (sebelumnya dikenal dengan piala Eropa). Klub seperti PSG (Paris Saint German) yang tidak punya tradisi juara sama sekali dalam ajang ini terbukti menjadi salah satu kandidat kuat juara.
maka hasil akhir kompetisi ini sama sekali tidak bisa diprediksi mengingat Liga Champions sendiri baru memasuki babak perempat final. (aw)

 
                                                                                              

Jumat, 15 Maret 2013

Jangan Lagi Pandang Sebelah Mata


                Berdiam di pinggir jalan, mulai datang dan menghampiri kendaraan satu persatu ketika lampu merah mulai menyala. Dengan wajah polos khas anak anak, mereka datang menghampiri kaca mobil, bernyanyi sambil bermain gitar, berjualan koran, ataupun hanya sekedar menengadahkan tangan mengiba. Siapa yang tak pernah melihat anak – anak seperti mereka? Bahkan di depan sekolah kita sendiri sering terlihat pula gadis kecil yang sering mendekati dan membuntuti kita untuk menjual korannya.
                Banyak diantara kita yang memandang sebelah mata anak – anak bernasib kurang beruntung seperti mereka. Banyak diantara kita yang hanya tersenyum kecil tak peduli dan segera menghindar ketika mereka datang menghampiri. Tak sedikit pula yang bersikap acuh dan secara kasar menyuruh mereka untuk pergi. Memang terkadang kehadiran mereka terasa mengganggu, tapi pernahkah berpikir bahwa itu semua sebenarnya bukan salah mereka?

Senyum lepas Cita ketika berpose.(nhz)
                Seperti tutur gadis penjual di depan sekolah yang sering kita lihat, Cita. Pernahkah Smalane berkenalan lebih dekat dengannya? Tinggal dengan ibunya di jalan Ambengan, Cita adalah gadis kecil berumur 9 tahun dan berada di bangku kelas lima di salah satu SD Negeri Surabaya. Meskipun ketika diminta membaca judul koran yang dijualnya ia menolak dengan senyum malu, beruntungnya Cita masih sempat bersekolah. Berjualan di pinggir jalan sekitar Smala dari jam 11 siang ketika pulang sekolah sampai malam, Cita mengaku memang ibunya yang memintanya untuk berjualan, sedangkan ibunya sendiri tidak ikut dan hanya mengawasi Cita dari kejauhan. Meskipun tak ada waktu untuk bermain dan belajar, Cita berucap “Ya senang mbak, ikut membantu orang tua,” dengan senyum jenaka yang tulus.
                Begitu polos dan tulusnya anak jalanan seperti Cita, tegakah untuk bersikap kasar dengannya? Walau terkadang memang sedikit menyebalkan, namun sempatkanlah untuk berpikir apa yang membuat mereka bersikap seperti itu. Cita hanyalah satu diantara banyak anak jalanan yang ada di sekitar kita. Yang masih beruntung karena dapat merasakan bangku sekolah, tidak seperti anak jalanan lainnya yang cenderung tidak peduli masalah pendidikan, bahkan ada beberapa yang ingin, namun tak cukup beruntung untuk merasakannya. Maka dari itu Smalane, jangan lagi lihat mereka dengan sebelah mata. Mari perbaiki diri kita dengan ikut membantu, atau sekedar bersikap ramah dan tak acuh kepada anak – anak jalanan yang bernasib kurang beruntung seperti mereka.(ai)

Selasa, 12 Maret 2013

Diperkirakan 2025 Air Krisis Jadi Teman Rakyat Pribumi

         Air merupakan salah satu unsur vital bagi kehidupan manusia. Dari kelimpahan air di dunia, hanya lima persen saja yang layak dikonsumsi sebagai air bersih dan sisanya merupakan air laut dan air yang dimanfaatkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Namun krisis air bersih melanda Indonesia, padahal Indonesia merupakan negara yang kaya. Indonesia memiliki enam persen persediaan air dunia, atau sekitar 21% dari persediaan air Asia Pasifik, namun pada kenyataannya, dari tahun ke tahun, Indonesia selalu mengalami krisis air bersih.
         Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang melaju cukup signifikan  tidak diimbangi dengan daya dukung sumber daya alam. Berbagai masalah yang timbul seperti seperti masalah yang timbul dari terjadinya krisis air jika dilihat dari faktor perubahan iklim hingga kerusakan lingkungan yang langsung berimbas dampaknya bagi ekosistem tertentu. Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementrian Dalam Negeri, Diah Anggaraeni, dalam rapat pengelolaan lingkungan hidup daerah wilayah barat Indonesia di Hotel Kapuas Palace, Pontianak, pada Kamis lalu (7/3).
“Di beberapa negara, karena minimnya lahan pertanian dan sedikitnya pangan, pada 2025 diperkirakan akan terjadi krisis air, karena sulit didapat air bersih untuk minum. Perubahan iklim yang ekstrem akan mulai terasa akibat ketidaksimbangan lingkungan,” kata Diah.
         Indikasi krisis air bersih dapat dilihat dari kondisi air yang digambarkan berdasarkan kualitas air dan ketersediaan atau volume air yang terdapat di Indonesia yang berkaitan dengan seberapa anyak air yang dapat dimanfaatkan dibandingkan dengan kebutuhannya. Sedangkan kondisi air berkaitan dengan kelayakan pemanfaatan air untuk berbagai kebutuhan. Kualitas air juga berkaitan dengan volume dan daya pulih air untuk menerima beban pencemaran dalam jumlah tertentu. Dan kelayakan air di Indonesia, terutama sebagai air minum, sangat memprihatinkan.
         Potensi ketersediaan air bersih di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15-35% per kapita per tahun. Padahal di lain pihak, kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial. Pertumbuhan penduduk juga berpengaruh pada kebutuhan air bersih yang tersedia.
“Semakin bertambahnya tahun, jumlah air bersih di Indonesia semakin berkurang. Mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah semakin banyaknya pencemaran yang terjadi dan mungkin lahan untuk pembangunan juga berpengaruh. Dulu orang bisa langsung minum dari sungai, sekarang tak semua air dari sungai layak minum. Sekarang air bersih mungkin cuma dari PDAM,” kata Yayan kelas 11 IPA 8 SMAN 5 Surabaya.
         Diah mengatakan, di era desentralisasi dan otonomu daerah sekarang ini, masalah lingkungan hidup telah diamanatkan dalam UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 13 dan 14. Ketentuan itu menegaskan bahwa pengendalian lingkungan hidup merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi, dan kebupaten/kota.
“Kami semua melakukan pembangunan. Bahkan pembangunan dilakukan oleh dunia. Dan, selama ini pembangunan memang nyata untuk lingkungan,” tuturnya.
         “Di satu sisi, dalam melakukan pembangunan memang harus ramah lingkungan. Pembangunan itu harus sesuai dengan undang-undang. Hal ini tentunya menjadi tantangan kami semua. Pembangunan itu merupakan pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tuturnya kembali.
         Menurut Yayan, solusinya yang pasti adalah dengan memimalisir pencemaran. Yang pertama dengan tidak membuang sampah sembarangan terutama di daerah aliran sungai (DAS), kedua yaitu dengan melakukan lebih banyak daur ulang pada sampah plastik, ketiga dengan membersihkan saluran air atau got dan menyaring pembuangan limbah rumah tangga, keempat dengan menanam banyak pohon karena tanaman berpengaruh banyak untuk mengurangi pencemaran air, dan semua itu membutuhkan kesadaran diri masing-masing individu di Indonesia. (aza)

Sabtu, 09 Maret 2013

Kesehatan Emosi Saat Budaya Literasi

                Budaya literasi, sebuah budaya yang digalakkan oleh SMAN 5 Surabaya ini memiliki banyak manfaat dan dampak bagi Smalane. ”Tanpa membaca pendidikan akan mati,” dapat diartikan bahwa membaca ialah batu loncatan bagi suatu keberhasilan pendidikan. Budaya literasi ini mewajibkan Smalane untuk menyisihkan waktu 15 menit dalam sehari untuk membaca buku. Buku yang dimaksud ialah buku novel atau kumpulan cerpen-cerpen. Buku yang dibaca ada yang berjenis fiksi dan non fiksi. Ketika diadakan survey, mayoritas Smalane membaca buku berjenis fiksi. Banyak alasan yang mereka utarakan, misalnya ceritanya unik, alur ceritanya yang tidak biasa, dan banyak kejadian-jadian baru yang mereka dapatkan dari membaca novel. Selain membaca kita juga ikut membayangkan segala peristiwa yang ada dalam novel tersebut. Hal ini dituturkan langsung oleh Erike Anisa Nurshafa dari kelas X.5.
Membahas tentang perkembangan budaya literasi sampai saat ini di SMAN 5 Surabaya, setiap hari para Smalane masih mengikuti budaya tersebut dan karena budaya ini pula banyak Smalane yang menjadi ketagihan dan melanjutkan membaca di rumah. “Budaya literasi dikelasku tergantung guru jam pertama. Kalau gurunya menyuruh membaca, kelasku membaca, dan sebaliknya. Kalau aku sendiri membacanya di rumah, di sekolah menulis resumenya tetapi kadang malas untuk tanda tangannya. Menurutku budaya literasi semakin menurun soalnya tidak ada penyetoran resume tiap bulan pada sekolah,” tutur Erike Anisa Nurshafa. Hal ini berbeda dengan pendapat Naurah X.7, “Lumayan sering melakukan budaya literasi, tetapi bacaan yang dibaca terkadang buku pelajaran karena pada jam pertama akan ada ulangan pelajaran itu. Menurutku budaya literasi ialah budaya yang ditumbuhkan SMAN 5 Surabaya untuk menghasilkan generasi yang gemar membaca.”
Gak tau nih dampak budaya literasi. Tak ada esensinya. Yang terlihat novel semakin berceceran dan suka pinjam novel ditambah suka nge-share novel bagus,” tutur Erike Anisa Nurshafa. “Dapat pelajaran setelah membaca. Emosi juga dipermainkan saat membaca novel fiksi, seperti menangis,” kata Naurah X.7 saat dimintai keterangan mengenai dampak budaya literasi.
                Ternyata tidak mudah membaca fiksi. Mengapa? Dalam cerita fiksi yang sering kita temui, terdiri dari kalimat-kalimat narasi yang menggugah, latar, alur, dan fantasi atau khayalan yang belum pernah kita temui yang membuat emosi kita terasa digelitik. Emosi yang dimaksud seperti kita suka menangis saat membaca cerita yang sedih, tertawa terpingkal-pingkal saat membaca cerita konyol dan komedi, merasa marah saat tokoh dalam cerita melakukan hal bodoh yang membuat tokoh lain dalam bahaya, dan lain-lain. Pernah tidak kalian berpikir bahwa membaca cerita horor membuat kita berada dalam dunia nyata dan dunia khayalan yang dibuat oleh pengarang buku. Tidak sedikit orang yang mencari dan membaca cerita fiksi untuk mempermainkan perasaan yang nantinya akan mengobati dan mencukupi kebutuhan emosi mereka.
                Saat membaca novel atau cerita fiksi lainnya diharapkan pembaca dapat mengendalikan emosinya. Boleh saja menggunakan emosi saat membaca tetapi tidak perlu menggunakannya secara berlebihan. Saat membaca novel atau cerita fiksi tersebut juga harus menyadari bahwa yang ada didalamnya hanya cerita fiksi atau karangan belaka, serta jangan pernah meniru atau terlalu terpengaruh dengan hal-hal seperti itu. Sebaiknya kita harus mengambil hal-hal yang sekiranya bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, nusa dan bangsa.
Dibawah ini ialah tips untuk menjaga kesehatan emosi dalam membaca novel atau cerita fiksi lainnya.
Pertama, novel itu novel, cerita fiksi itu cerita fiksi. Artinya, saat membaca novel atau cerita fiksi semua anggapan atau dugaan bahwa mungkin kisah atau tragedi ini bisa terjadi di dunia nyata bisa dikesampingkan lebih dulu. Menegnai kenyataan atau fakta-fakta dapat didapatkan dari buku non fiksi, koran, dan bacaan yang mengandung kenyataan bukan opini.
Kedua, penting halnya dalam persiapan membaca. Usahakan emosi stabil sebelum membaca novel atau cerita fiksi, terutama yang mengangkat tema atau konflik yang tajam. Kalau memang ingin mencari gelitik emosi dari bacaan-bacaan fiksi, carilah yang tidak monoton, maksudnya emosinya bukan hanya senang atau sedih atau datar saja, tetapi ada kalanya lucu, mengesankan, menyeramkan dan lain-lain, serta nikmati bacaan itu dengan ekspresi. Ternyata ada survey yang membuktikan bahwa pengaruh emosi dari membaca intens buku setebal minimal 50 halaman jauh lebih tinggi daripada menonton film berdurasi 2 jam.
Ketiga , Setelah membaca novel atau cerita fiksi yang lain, cepat-cepatlah kembali ke dunia nyata. Bersosialisasilah serta menghadapi kenyataan yang ada. Fase ini akan membantu membawa skala emosi keluar dari ruang dunia nyata dan khayal untuk kembali mengenali fase-fase emosi yang bisa terasa dengan pengaktivan panca indera secara simultan dan holistik. Angin yang menerpa kulit dan rambut secara langsung akan lebih menyehatkan daripada perasaan semilir yang timbul dari adegan santai di taman di dalam cerita fiksi.
                Yupz, bagaimana Smalane? Sekarang kita telah mengetahui bahwa dalam membaca cerita fiksi atau novel kita melibatkan emosi kita dan sebaiknya kita menjaga kesehatan emosi kita. Kita hidup dalam dunia nyata bukan dalam dunia khayal yang dapat kita tentukan awal dan akhirnya. So, bacalah dan ambil manfaat dari setiap bacaan yang kita baca. Gunakan hal yang telah kita ambil untuk memberikan efek positif dalam diri sendiri, orang lain, nusa, dan bangsa.(aid)